Jumat, 10 Mei 2013

ONE YEARS


Sudah satu tahun lebih ketika kita saling bertemu, bertemu dalam ketidak sengajaan. Aku tahu kamu , tapi aku tak mengenalmu. Wajahmu yang angkuh membuatku merasa sebal denganmu. Tahukah kamu, dulu aku menganggapmu sebagai laki-laki yang angkuh dan egois. Sampai pada hari itu, aku masih ingat betul. Pertemuan yang tak sengaja terjadi , perkenalan yang tiba-tiba. Wajahku yang gugup mungkin tak terbaca olehmu. Gugup karna kamu, kamu adalah orang yang aku anggap angkuh dan saat itu aku harus berkenalan denganmu. Kamu pasti masih ingat,saat itu aku dan temanku meminta tolong padamu untuk mengambilkan pesanan id card kami. karna hanya rumahmu yang dekat dengan percetakan itu. aku memberikanmu uang, uang id card yang mempertemukan kita. Kita saling bertatap namun aku belum merasakan rasa sayang seperti yang aku rasakan saat ini. Tatapan kita masih biasa seperti orang yang baru berkenalan. Aku tak bisa membaca fikiranmu saat kamu menatapku. Saat itu aku masih abu denganmu , aku masih menganggap bahwa perkenalan kita hanya sebentar. Sampai id card ada ditanganku. Lalu kita kembali seperti biasa. Tak saling menyapa hanya sebatas tahu. Seperti itulah yang aku fikirkan. Tapi ternyata salah, perkiraanku salah. Kamu menyembunyikan sedikit rasa yang berbeda tanpa aku ketahui. Terselip rasa menggelitik ,rasa yang menarikku ingin menanggapi jailanmu. Entah apa yang membuatkku tidak bisa mengabaikanmu.
Setelah itu kita saling lebih menyapa. Setiap pertemuan kita di koridor sekolah kamu selalu mengejekku, Menjailiku. Saat itu aku hanya merasa aneh kenapa kamu seperti itu kepadaku. Aku terkekeh, tertawa saat melihat ekpresimu itu. hmm rasanya aku ingin kembali kesana. Mungkin saat itu kamu masih belum merasakan sakit karnaku. Mungkin saat itu kita masih lugu. Aku masih belum tahu bahwa aku akan meraskan sakit yng amat dalam karnamu. Kita masih tak tahu apa-apa. Yang kita tahu hanya saling melempar senyum. 
Saat itu kamu meminta ingin menelpon ku, kamu masih ingat? dan kamu menelponku. Kemudian dalam beberapa menit suaramu mulai gemetar dan gagu. Kamu menyatakan cinta padaku. Kamu masih ingat ?. lalu aku tidak langsung menjawab. Aku meminta jika kamu sungguh-sungguh kamu harus berani menemuiku langsung. Dan kamu melakukan itu. ya kamu melakukan itu!
Hari-hari pun kita lalui bersama setelah aku menjawab ‘iya’ atas pertanyaanmu itu. Bahagia , ya satu kata itu yang kurasakan saat itu. Mr. W begitu aku memanggilmu dan kamu memanggilku Mrs. W. 5 bulan sudah kita menjalani hubungan yang kita sebut “pacaran”. Mr. W mungkin 5 bulan itu tidak berarti apa-apa buatmu, tapi bagiku aku mulai merasakan rasa cinta yang semakin dalam aku rasakan. Hanya kamu yang ingin aku miliki selamanya. Sampai suatu ketika kau mengucap janji bahwa kamu hanya ingin menikah hanya denganku. Entah setan apa yang merasukimu tapi itu sebuah janji. Sering kali seseorang mengucap janji tapi janji itu terlupakan, terabaikan begitu saja. Mungkinkah itu hanya sebatas cinta monyetmu? Belakangan ini aku sering berfikir akan hal itu. apalah arti cinta monyet? Aku terkekeh menyadari bahwa ucapanmu hanyalah sebuah ucapan yang tak lain dari bagian cinta monyet,tak ada makna mendalam.
Sekarang sejak satu tahun kita mengakhiri segalanya. Kamu sudah tumbuh menjadi pria yang lebih dewasa. Tubuhmu yang semakin kekar terlihat bentukan-bentukan otot dan tatapan matamu yang semakin tajam. Sebegitu banyak perubahan-perubahan pada dirimu. Sementara aku, yang masih menyimpan erat perasaan cinta yang teramat dalam. Ketika kemarin terakhir kali aku berpapasan denganmu di koridor sekolah, semua teman-temanmu menyorakimu meledekku dengan menyebutkan namamu. Dan kamu yang tersenyum malu di tengah-tengah mereka sembari menatapku yang lewat dihadapanmu. Setidaknya aku lega karna kamu belom mendapatkan penggantiku.
Kamu bilang kamu masih menyimpan perasaan yang sama ketika aku bertanya. Tapi kamu bersikap seolah-olah kamu tidak menginginkan aku kembali kedalam pelukanmmu. Seperti ada sebuah benteng yang kamu bangun khusus untukku agar aku tidak kembali masuk kedalam wilayahmu. Aku menyadari bahwa kamu tidak menginginkanku lagi. Ya seharusnya aku sadar hal itu dari dulu. Mungkin aku tidak akan tersiksa terlalu lama seperti ini. Mungkin aku bisa menemukan seseorang yang lebih tulus menyayangiku. Kamu pikir aku tak berusaha untuk mencari penggantimu ? jika Tuhan menghendaki aku pasti sudah bertemu dengan pelabuhan baru.